Sabtu, 04 Oktober 2014

Cinta

  Cinta itu memikirkan yang dicintai, bukan hanya kemarin dan kini, tapi nanti.
Mari  kita berbicara tentang masa depan  agar hari esok yang dijelang bukan suatu
kesengsaraan. Ada hal yang jelas harus dipersiapkan, mana yang boleh dilakukan
dan mana yang harus dihindarkan.
  Bila engkau lelaki, engkau harus tahu arah saat melangkah. Bila engkau
perempuan, seharusnya tahu bagaimana bertingkah. Kita berbicara masa depan
karena ia tidak semudah yang diperkirakan pemuda-pemuda yang lalai. Juga tidak
sesulit yang diceritakan perempuan-perempuan yang bercerai.
  Setiap muslimah tentu saja menginginkan lelaki  yang bertanggunggjawab,
yang menghargai kelebihan kebaikannya, dan yang memaafkan kealpaan
kekurangannya. Muslimah mana yang  tidak ingin lelaki  berbudi pekerti, baik hati,
tinggi iman dan lurus amal. Muslimah selalu menanti lelaki elok akhlaq padan rasa,
yang memiliki kelembutan dengan anaknya, dengan istrinya dia mesra. Muslimah
mana yang tidak mendambakan lelaki yang bisa mengawalnya jauh dari neraka dan
membimbingnya menuju surga Allah.
  Lelaki mana yang tidak suka dengan wanita yang cerdik cendikia lagi
berparas menawan,  yang lisannya seanggun geraknya. Lelaki yang baik  pasti
menyukai wanita yang lemah lembut lagi santun, pintar membahagiakan suami
dengan masakan dan perhatian, tidak tamak harta dan selalu menjaga kehormatan.
  Lelaki mana yang tidak memimpikan wanita yang mendukungnya dalam
kebaikan  dan mengeluarkan kebaikannya, dirindukan bila ditinggal dan
menyenangkan bila berjumpa.   Sialnya! Kita hidup dizaman Kapitalisme yang mengajarkan lelaki dan wanita
"MASA KINI" untuk memperhatikan fisik bukan isi, perhatikan badan bukan iman.
KAPITALISME! Sukses menjadikan kebahagiaan materialistis sebagai tujuan tertinggi,
hingga buat jadikan tujuan tertinggi,  maka HEDONISME anak kandung
KAPITALISME sukses menjadikan lelaki hanya peduli nikmat sampai batas kulit.
  Wajar! Bila kita melihat dimana-mana  lelaki jadi miskin tanggungjawab dan
fakir komitmen, bila lelaki  yang tidak lulus ujian tanggungjawab dan komitmen,
merekalah yang akhirnya masuk dalam jurusan "PACARAN".
  Cinta disempitkan dalam arti "PACARAN", terbatas pada rayuan  palsu dan
gandengan tangan. Padahal pendamping yang sholeh  tiada didapatkan dari proses
pacaran, karena kesholehan dan kebatilan jelas bertentangan, haq dan bathil tidak
akan pernah bertemu, bagaikan fatamorgana yang dijanjikan kemuliaan semu.
  Bagaimana bisa lelaki yang sudah memahami pacaran itu  perbuatan yang
dilarang oleh Allah, memaksa dengan berbagai alasan agar engkau berbagi dosa
dengan dia. Melawan Allah,  lalu yang seperti ini bisa menjadi panduan setelah
menikah?  Sebelum halal  saja, dia sudah berani katakan  "SAYANG"  kepadamu,
jangan heran bila setelah dia menikah dia berani katakan itu pada wanita-wanita
yang lain. Toh sama-sama  "BEMAKSIAT"  kepada Allah. Jika sebelum akad saja dia
sudah berani melabuhkan tangannya pada tubuhmu, jangan heran  jika setelah
menikah ia mampu melakukan itu pada wanita-wanita yang lain, toh sama-sama
dosa pada Allah. Yang tiada takut dosa  saat  sebelum  menikah,  tentunya jangan
harap ia takut dosa setelah menikah. TERIMA KASIH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar